DPRD Kaltim Desak Peningkatan Kewenangan Daerah atas Lalu Lintas Sungai

Keterangan Foto: Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ekti Imanuel

Samarinda – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Ekti Imanuel menyoroti maraknya kecelakaan kapal tongkang di bawah Jembatan Mahakam. Ia merekomendasikan penutupan sementara kegiatan bongkar muat di area tersebut, menyusul tercatatnya 23 insiden tabrakan kapal dalam beberapa tahun terakhir.

“Untuk mencegah kejadian serupa terulang, kami menyarankan agar aktivitas di bawah Jembatan Mahakam dihentikan sementara. Langkah ini perlu diambil sambil menunggu evaluasi menyeluruh dari pihak-pihak terkait,” kata Ekti dalam keterangannya kepada media, Senin (28/4/2025).

Bacaan Lainnya

Ia menyebutkan bahwa langkah ini juga sejalan dengan instruksi dari Gubernur Kaltim, dan akan dibicarakan lebih lanjut bersama pemerintah provinsi. Menurutnya, kawasan tersebut tidak memberikan kontribusi nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kaltim, meskipun perputaran ekonomi di lokasi itu sangat besar.

ā€œSelama ini aktivitas di bawah jembatan itu menghasilkan triliunan rupiah, tapi tidak satu pun mengalir ke kas daerah. Kita hanya menjadi penonton di wilayah sendiri,ā€ tegasnya.

Ekti mengkritik keberadaan instansi pusat seperti Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) serta Pelindo, yang dinilainya bertindak seolah-olah berada di luar kendali pemerintah daerah.

“KSOP dan Pelindo ini seperti entitas tersendiri. Mereka langsung di bawah Kementerian Perhubungan, tidak ada sinergi dengan daerah. Ini menyulitkan kami dalam melakukan pengawasan,” lanjutnya.

Ia juga menyinggung lemahnya pengawasan teknis dari KSOP, yang dianggap turut andil dalam tingginya angka kecelakaan. Ekti bahkan menilai perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap kepemimpinan di lembaga tersebut.

ā€œKalau sudah puluhan kali terjadi kecelakaan, artinya ada yang salah dari sisi pengawasan. Saya pikir, sudah waktunya kepala KSOP diganti,ā€ katanya.

Lebih jauh, Ekti mendorong pembaruan regulasi terkait transportasi sungai. Ia menyoroti pentingnya penggunaan kapal tongkang bermesin sendiri, bukan ditarik dengan tali, yang kerap menjadi penyebab kecelakaan karena mudah terlepas saat arus kuat.

Ia mencontohkan kawasan Jembatan Kota Bangun yang kini lebih aman karena dibatasi dari lalu lintas kapal besar. Hal ini, menurutnya, bisa dijadikan acuan untuk mengatur lalu lintas di bawah Jembatan Mahakam.

ā€œJika pengaturan lalu lintas sungai dilakukan dengan serius, maka insiden bisa diminimalkan. Kita ingin daerah punya peran lebih besar dalam hal ini,ā€ tutupnya.(Adv)

Pos terkait