TEGGARONG – Tenggarong kembali bersiap menyambut momen sakral yang menjadi denyut nadi budaya masyarakat Kutai: Pelaksanaan Erau Adat 2025. Acara puncak warisan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini akan digelar pada 21–29 September 2025, menghadirkan rangkaian ritual adat, lomba tradisional, hiburan rakyat, serta kegiatan kebudayaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Bagi warga Kutai, Erau bukan sekadar festival—melainkan wujud penghormatan terhadap leluhur, simbol kebersatuan, dan perwujudan jati diri yang tak ternilai. Dan tahun ini, dukungan pemerintah daerah datang lebih nyata dari sebelumnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar, Arianto, menegaskan komitmen penuh instansinya terhadap Pelaksanaan Erau Adat 2025. “Ini bukan hanya acara seremonial, tapi tanggung jawab moral kita bersama untuk melestarikan identitas budaya Kutai,” ujarnya di Tenggarong, Kamis (11/9/2025).
Meski pendanaan utama berasal dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, DPMD Kukar turut berperan aktif—terutama dalam sosialisasi dan koordinasi ke seluruh desa dan kelurahan di Kukar. “Kami pastikan informasi tentang Erau sampai ke tingkat RT/RW, agar masyarakat tidak hanya tahu, tapi juga ikut serta secara aktif,” tambah Arianto.
Persiapan Pelaksanaan Erau Adat 2025 berjalan lancar berkat sinergi erat antara panitia, Pemkab Kukar, dan pihak Kesultanan. Bahkan, kehadiran Menteri Pariwisata dipastikan akan memperkuat posisi Erau sebagai aset budaya nasional yang layak dikenal dunia.
“Alhamdulillah, semua berjalan sesuai rencana. Surat edaran sudah disebar ke kecamatan dan desa, dan responsnya sangat positif,” ungkapnya.
Selain ritual adat seperti Belimbur, Menyanggar Tunjung, dan Mengulur Naga, Erau 2025 juga akan dimeriahkan lomba perahu bidar, tari-tarian tradisional, serta bazar kuliner khas Kutai—semua dirancang untuk melibatkan masyarakat secara luas dan menghidupkan ekonomi lokal.
Arianto menekankan bahwa pelestarian budaya harus berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat. “Kami di DPMD percaya: desa yang kuat adalah desa yang menjaga akarnya. Dan Erau adalah akar itu,” pungkasnya.
Dengan dukungan lintas sektor dan semangat gotong royong yang masih hidup, Pelaksanaan Erau Adat 2025 diharapkan bukan hanya sukses secara teknis, tetapi juga menjadi momentum kebangkitan budaya yang mempererat ikatan sosial, membanggakan masyarakat Kutai, dan menginspirasi generasi muda untuk terus menjaga warisan leluhur.







