Ribuan Wisatawan Terpukau Penampilan Tim Kesenian Kukar di Obelix Sea View Yogyakarta

Kutai Kartanegara — Penampilan memukau ditunjukkan oleh Tim Kesenian Kutai Kartanegara yang tampil di panggung wisata Obelix Sea View, Yogyakarta, pada Minggu (11/05/2025). Dipimpin langsung oleh Zikri Umulda, Kepala Dinas Pariwisata Kukar, tim ini berhasil menarik perhatian ribuan penonton yang hadir.

Melalui ajang TeTiba Jogja, Kukar mengirimkan para seniman terbaiknya—talenta asli daerah—untuk tampil membawa tema Cultural Heritage of Kutai Kartanegara. Perwakilan pelaku seni yang terlibat dipilih langsung oleh Dinas Pariwisata Kukar sebagai duta kebudayaan daerah di salah satu destinasi wisata paling populer di Yogyakarta.

Kemeriahan penampilan tidak hanya disaksikan langsung oleh wisatawan yang berada di lokasi, tapi juga dapat dinikmati oleh publik luas melalui siaran langsung (Live Streaming) di akun Instagram Visiting Kutai Kartanegara.

Tim Kesenian Kukar tampil dengan membawakan musik daerah khas Kukar yang dimainkan oleh grup musik dari Yayasan Gubang Tenggarong. Nuansa etnik yang kuat terasa ketika lantunan lagu khas daerah mengalun mengiringi pertunjukan.

Selanjutnya, sebuah pertunjukan Drama Tari berjudul Jagaq Ngan Ngebueq Uma” (pembersihan ladang) dipersembahkan. Koreografi dan ide cerita disusun oleh Surya Gunawan, menggabungkan unsur seni dari tiga suku besar di Kukar: Dayak Kenyah, Dayak Benuaq, dan Dayak Modang.

Mengangkat Cerita Tradisional Penuh Makna

Tarian tersebut mengangkat kisah legenda yang berkembang di pedalaman, tentang sepasang suami istri keturunan bangsawan dari suku Dayak Kenyah bernama Jalung dan Awing. Keseharian mereka diisi dengan bertani di ladang warisan keluarga. Jalung dikenal piawai memainkan alat musik tradisional Sape’, sementara Awing gemar menari.

Suatu hari, setelah membantu suaminya di ladang, Awing beristirahat bersama kerabat sambil berlatih menari dan bercanda. Tiba-tiba, seorang pemuda dari kampung seberang muncul. Diam-diam ia telah lama menyukai Awing. Saat melihat Jalung tak ada, ia memberanikan diri menggoda Awing.

Dalam kondisi terdesak, Awing segera melapor pada Jalung. Amarah Jalung pun memuncak. Ia menantang pemuda itu bertarung. Pertarungan terjadi, pemuda itu kalah, namun sebelum pergi, ia masih sempat mengancam.

Setelah peristiwa itu, kondisi Awing memburuk. Ia sering sakit dan bahkan jatuh pingsan di ladang. Rupanya, ia menjadi korban santet. Ladang mereka pun diserang hama. Jalung lalu meminta bantuan dari suku Dayak Benuaq untuk melakukan ritual Belian—upacara adat penolak bala.

Upaya tersebut membuahkan hasil. Awing pulih, hama di ladang pun menghilang. Sebagai wujud syukur, mereka melaksanakan ritual Huqod khas Dayak Modang, yang diyakini mampu mengusir roh jahat dan mendatangkan berkah bagi seluruh warga.

Usai pertunjukan yang penuh energi dan makna tersebut, acara dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata. Anggota DPRD Kukar dari Partai NasDem, H. Doni Ikhwani, menyerahkan cinderamata secara langsung kepada Muhammad Taufik, selaku Manajer Operasional 1 Obelix Sea View Yogyakarta.

Pos terkait