TENGGARONG – Di tengah hamparan kebun salak pondoh dan jambu kristal, Desa Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), membuktikan bahwa desa bisa menjadi destinasi wisata sekaligus pusat produksi pangan—semua dalam satu ekosistem yang saling menguatkan. Melalui BUMDes-nya, desa ini telah berhasil mengintegrasikan Wisata dan Agrowisata menjadi mesin penggerak ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Sejak dibuka pertengahan 2022, destinasi ini kini jadi favorit keluarga di Kukar dan sekitarnya. Di akhir pekan, suasana riuh terdengar dari kolam renang, flying fox, hingga area pemancingan—semua dikelola oleh warga setempat. Tapi yang membuatnya istimewa adalah integrasi dengan agrowisata edukatif: pengunjung tak hanya bermain, tapi juga bisa memetik salak langsung dari pohon, memberi pakan burung puyuh, atau belajar budidaya jambu kristal dari petani lokal.
“Ini bukan sekadar tempat rekreasi. Ini adalah laboratorium ekonomi desa—tempat kita belajar, berkarya, dan berdaya bersama,” ujar Kepala Desa Loa Duri Ilir, Fakhri Arsyad, Sabtu (4/10/2025).
Pendapatan dari Wisata dan Agrowisata ini dikelola sepenuhnya oleh BUMDes untuk:
âś… Membayar upah 32 tenaga kerja lokal (mulai dari pemandu, petugas kebersihan, hingga pengolahan hasil pertanian),
âś… Membiayai operasional,
âś… Menyalurkan bagi hasil ke kelompok tani dan peternak mitra,
âś… Sisanya menjadi Pendapatan Asli Desa (PADes) untuk pembangunan infrastruktur dan program sosial.
“Harapan kami, BUMDes bisa benar-benar mandiri—tidak lagi bergantung pada dana desa, tapi justru jadi penyokong utama pembangunan desa,” tambah Fakhri.
Keberhasilan ini mendapat apresiasi tinggi dari Kepala DPMD Kukar, Arianto. Menurutnya, Loa Duri Ilir adalah contoh nyata bagaimana desa bisa mengubah potensi lokal menjadi nilai ekonomi tanpa kehilangan jati diri.
“Mereka tidak meniru Bali atau Lombok. Mereka membangun dari apa yang ada: tanah, tangan, dan kebersamaan. Itulah esensi Wisata dan Agrowisata yang sesungguhnya—wisata yang berdaulat, berkelanjutan, dan berkeadilan,” ujarnya.
DPMD Kukar kini mendorong replikasi model ini ke desa-desa lain melalui pelatihan pengelolaan destinasi, digitalisasi pemasaran, dan fasilitasi sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).
“Kami ingin setiap desa punya identitas ekonominya sendiri. Loa Duri Ilir membuktikan: dengan kreativitas dan komitmen, desa bukan hanya tempat tinggal—tapi juga pusat kemajuan,” pungkas Arianto.
Dari satu desa, satu BUMDes, dan satu visi—lahir sebuah gerakan: desa wisata yang membumi, agrowisata yang memberdayakan, dan ekonomi yang tumbuh dari akar rumput.







