Kasus Kekerasan Anak di Kaltim Tembus 400, Sri Puji: Perlu Pendidikan Karakter Sejak Dini

Anggota DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti.

Samarinda – Angka kekerasan terhadap anak di Kalimantan Timur (Kaltim) kembali menyalakan alarm darurat. Hingga Juli 2025, tercatat lebih dari 400 anak menjadi korban, baik di lingkungan rumah maupun sosial.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, menilai kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut. Ia menegaskan perlunya langkah serius dan sistematis, terutama melalui penguatan pendidikan karakter sejak usia dini.

Bacaan Lainnya

“Data tersebut sangat mengkhawatirkan. Per Juli saja sudah ada 400 lebih anak yang mengalami kekerasan. Kita harus segera mencari tahu akar masalahnya. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga keluarga dan masyarakat,” ujarnya di Kantor DPRD Samarinda, Jalan Basuki Rahmat, Kamis (25/9/2025).

Menurut Sri Puji, rapuhnya fondasi keluarga kerap menjadi pemicu utama kekerasan anak. Selain itu, kasus perundungan (bullying) di sekolah juga semakin marak dan menghambat tumbuh kembang anak.

Ia menekankan pentingnya peran bersama antara keluarga, sekolah, pemerintah, hingga masyarakat luas dalam membangun lingkungan yang aman.

“Pendidikan karakter tidak boleh kita abaikan. Dari PAUD, TK, hingga SD harus mendapat perhatian serius, karena pembentukan karakter dimulai sejak dini. Keluarga adalah madrasah pertama bagi seorang anak,” jelasnya.

Selain itu, orang tua disebut perlu dibekali pengetahuan parenting agar mampu mendidik dan melindungi anak secara bijak. Tanpa bekal tersebut, risiko terjadinya kekerasan semakin besar.

Sri Puji menilai perlindungan anak tidak cukup hanya mengandalkan regulasi dan program pemerintah. Kesadaran bersama adalah benteng utama agar anak-anak Kaltim bisa tumbuh tanpa trauma.

“Kalau orang tua tidak siap dengan pengetahuan parenting, anak akan semakin rentan. Karena itu, edukasi keluarga sangat penting,” tegasnya.

Sejumlah analis pendidikan juga menyoroti pentingnya sinergi antara keluarga, sekolah, dan komunitas. Dengan lingkungan yang aman, anak tidak hanya berkembang secara akademik, tetapi juga memiliki karakter dan etika yang kuat.

Sri Puji menutup dengan pengingat bahwa masa depan Kaltim sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya.

“Anak-anak Kaltim harus tumbuh berakhlak, beretika, dan siap menghadapi masa depan tanpa trauma kekerasan,” pungkasnya. (Adv/DPRD Samarinda)

Pos terkait