Pemerintah Daerah Harus Aktif Dukung Implementasi Sekolah Rakyat

Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ekti Imanuel.

Samarinda – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ekti Imanuel mendorong percepatan dan pemerataan pelaksanaan program Sekolah Rakyat yang digagas oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto melalui Kementerian Sosial.

Menurutnya, program ini menjadi salah satu terobosan penting untuk menjamin akses pendidikan bagi keluarga kurang mampu di berbagai pelosok daerah.

Bacaan Lainnya

Ekti menyampaikan bahwa saat ini baru Kota Samarinda yang dinilai benar-benar siap menjalankan program tersebut secara optimal. Sementara sejumlah daerah lain seperti Balikpapan dan Kutai Kartanegara masih perlu berbenah dalam hal kesiapan teknis maupun kelembagaan.

ā€œBaru Samarinda yang terlihat siap. Kabupaten dan kota lainnya masih dalam proses pembenahan dan persiapan. Masih banyak yang perlu disesuaikan,ā€ ujarnya belum lama ini.

Ia menekankan bahwa peran aktif kepala daerah menjadi faktor kunci dalam menyukseskan Sekolah Rakyat. Meski pemerintah pusat telah memberikan dukungan dan arahan, pelaksanaan di lapangan tetap bergantung pada inisiatif dan komitmen pemerintah daerah.

ā€œTidak cukup hanya mengandalkan pusat. Pemerintah kabupaten/kota harus proaktif. Jangan tunggu bola, tapi jemput bola,ā€ tegas politisi Partai Gerindra itu.

DPRD Kaltim, lanjut Ekti, menyatakan dukungan penuh terhadap program ini dan akan menjalankan fungsi pengawasannya agar pelaksanaan di lapangan benar-benar sesuai dengan tujuan awal program.

Selain menyoroti kesiapan daerah, Ekti juga kembali mengingatkan soal masalah lama yang masih menghantui sektor pendidikan di Kaltim, yakni kesenjangan distribusi guru, khususnya di wilayah-wilayah terpencil seperti Mahakam Ulu dan Kutai Barat.

ā€œTenaga pendidik di kawasan 3T masih sangat terbatas. Kita butuh solusi yang berkelanjutan, salah satunya dengan memberdayakan anak-anak muda lokal sebagai guru,ā€ jelasnya.

Menurut Ekti, perekrutan guru dari masyarakat lokal akan lebih efektif, karena mereka lebih mengenal medan dan cenderung memiliki komitmen jangka panjang untuk tinggal dan mengabdi di daerah sendiri.

ā€œKalau dari luar, seringnya tidak bertahan lama. Tapi kalau dari warga setempat, biasanya mereka lebih siap dan punya kepedulian,ā€ tambahnya.

Ia pun mengingatkan agar pembelajaran dari sektor kesehatan dijadikan refleksi—di mana banyak tenaga medis enggan bertugas di daerah terpencil karena kurangnya fasilitas dan dukungan. Hal serupa, kata Ekti, jangan sampai terjadi di bidang pendidikan.

ā€œJangan sampai tenaga pengajar juga mengalami situasi serupa. Kita perlu menjamin dukungan dan kenyamanan mereka, terutama di daerah yang sulit dijangkau,ā€ tutupnya.(Adv)

Pos terkait