Tenggarong – Semangat kebersamaan masyarakat Kutai Kartanegara (Kukar) kembali teruji melalui Lomba Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-22. Penilaian BBGRM 2025 yang digelar Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar kini memasuki tahap akhir, dengan tim penilai sibuk mengevaluasi desa dan kelurahan terbaik yang telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam gotong royong.
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Desa DPMD Kukar, A Riyandi Elvandar, mengungkapkan bahwa Penilaian BBGRM 2025 melibatkan tim beragam, termasuk Gugus Tugas Pendekat Kukar Idaman, pendamping desa, dan Forum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). “Kami sangat terkesan dengan semangat gotong royong yang masih membara di masyarakat. Namun, banyak desa masih perlu belajar mendokumentasikan kegiatan mereka dengan rapi,” katanya dengan antusias.
Penilaian dilakukan berdasarkan lima indikator utama: kemasyarakatan, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan kearifan lokal, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2005. Tim menemukan praktik inspiratif, seperti tradisi doa tujuh hari untuk pemakaman di beberapa desa dan gotong royong membangun rumah bagi warga kurang mampu. Sayangnya, kegiatan bermakna ini sering tidak tercatat secara resmi. “Pencatatan bukan hanya untuk lomba, tetapi juga untuk memperkuat perencanaan pembangunan berbasis partisipasi,” jelas Riyandi.
Penilaian BBGRM 2025 juga mengungkap tantangan utama: kurangnya dokumentasi tertulis. Padahal, catatan rapi membantu desa mengevaluasi capaian dan merancang program ke depan. Untuk mengatasi ini, DPMD Kukar berencana meningkatkan pelatihan pengelolaan data bagi perangkat desa. “Kami ingin tradisi gotong royong yang kaya makna ini terekam dengan baik, bukan hanya jadi cerita lisan,” tambah Riyandi.
Proses penilaian kini telah mengerucut, dengan pemenang kategori desa dan kelurahan terbaik sudah ditetapkan secara internal. Pengumuman resmi akan digelar pada Apel Pencanangan BBGRM di Kecamatan Kota Bangun, yang jadwalnya masih dikoordinasikan dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). “Acara ini akan menjadi momen untuk merayakan semangat kebersamaan sekaligus mengumumkan yang terbaik,” ujar Riyandi penuh harap.
Acara di Kota Bangun diharapkan tidak hanya menjadi seremoni, tetapi juga menginspirasi desa lain untuk terus menghidupkan gotong royong. Dengan dukungan dana RT sebesar Rp 50 juta per tahun, warga didorong mengelola kegiatan swadaya, seperti pembersihan lingkungan atau perbaikan fasilitas umum. “Gotong royong adalah warisan budaya yang harus hidup di setiap komunitas,” tutup Riyandi, mengajak warga Kukar menjadikan BBGRM sebagai gaya hidup.