Desa Loa Duri Ilir Kecamatan Loa Janan Raih Juara Ketiga Lomba Ketahanan Pangan Nasional Berkat Budidaya Ayam Inovatif

Desa Loa Duri Ilir Juara Ketiga Lomba Ketahanan Pangan Nasional
Desa Loa Duri Ilir Juara Ketiga Lomba Ketahanan Pangan Nasional

TENGGARONG – Bayangkan sebuah desa kecil yang berhasil menarik perhatian nasional melalui ide cerdasnya dalam mengatasi tantangan pangan. Itulah yang dilakukan Desa Loa Duri Ilir di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), yang baru saja menyabet juara ketiga dalam Lomba Ketahanan Pangan Nasional. Inovasi Desa Loa Duri Ilir dalam budidaya ayam petelur omega menjadi kunci utama kesuksesan ini, membuktikan bahwa inisiatif lokal bisa berdampak besar.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar langsung memberikan apresiasi hangat atas prestasi ini. Kepala DPMD Kukar, Arianto, dengan antusias menyatakan bahwa pencapaian tersebut menunjukkan betapa desa mampu mandiri dalam mengelola sumber daya pangan. “Mari kita jadikan ini sebagai motivasi bagi desa lain di Kukar untuk berani bereksperimen dan bekerja sama dengan warga,” katanya saat berbincang pada Minggu (10/8/2025). Selain itu, ia menambahkan bahwa Inovasi Desa Loa Duri Ilir lahir dari keberanian untuk keluar dari rutinitas biasa, sehingga mendorong desa-desa lain menggali potensi unik mereka sendiri.

Bacaan Lainnya

Arianto aktif menjelaskan bagaimana inovasi seperti ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan ekonomi masyarakat secara langsung. Oleh karena itu, DPMD Kukar terus mendorong penggunaan dana desa untuk program-program inovatif yang memberikan manfaat nyata. “Jangan biarkan dana desa hanya untuk kegiatan rutin; ciptakan terobosan yang memberi nilai tambah bagi semua,” tegasnya. Dengan demikian, prestasi ini semakin meyakinkan bahwa desa-desa di Kukar siap bersaing di level nasional, dan pihaknya akan memberikan dukungan penuh serta pendampingan agar lebih banyak desa mengikuti langkah serupa.

Lebih lanjut, Arianto menekankan bahwa Inovasi Desa Loa Duri Ilir membuktikan desa bukan lagi elemen sekunder dalam pembangunan daerah. “Ayo, lebih banyak desa yang berani meninggalkan zona nyaman dan menerapkan model pembangunan berbasis inovasi, di mana masyarakat menjadi aktor utama,” pungkasnya dengan semangat. Kisah ini mengajak kita semua untuk bertanya: Apa inovasi yang bisa kita ciptakan di lingkungan kita sendiri? Bagikan pendapatmu di kolom komentar!

Pos terkait